Aku merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda. Menyadari bahwa menindak-lanjuti permasalahan yang sudah terjadi adalah bagian paling akhir dari sebuah kisah. Perlu anda ketahui bahwa kini kerjernihan otak sudah mulai jernih, walaupun masih tersisa sedikit bintik atau noda yang masih membekas. Sekali lagi, aku tekankan bahwa tidak ada kebencian sama sekali. Ia tidak terlintas atau melewati batas pikiranku. Tidak sama sekali.
Aku tidak tahu apakah setiap orang pernah melalui apa yang sudah saya lalui. Aku sadar bahwa Tuhan menciptakan manusia tidak kebetulan, tetapi ada makna dan tujuan yang berbeda. Namun, kadang kala, aku ingin mencari tahu, apakah ada manusia yang pernah melalui apa yang sedang aku alami?. Putus cinta? bukan ini yang aku maksud. Tetapi pengorbanan dan ketabahan yang hampir melewati titik tertinggi. Pengguncangan batin. Pembunuhan mental. Penyiksaan pikiran.
Inikah namanya pengorbanan? atau hanya aku sendiri yang terlalu pesimis dan over reacted. Keegoisan pribadi yang merugikan mereka dan diri sendiri. Perlu anda ketahui, aku tidak sedang dilanda krisis cinta atau permasalahan yang melemahkan aku selamanya. Aku masih kuat dan sanggup berdiri, walaupun ditopang. Titik terendah dan tertinggi berlaku untuk semua orang. Ini siklus kehidupan, yang pada dasarnya manusia tidak akan pernah merasa adil dan sempurna. Manusia diciptakan mutlak. Kadang dicibir. Kadang Dihina. Diinjak. Dibujuk. Direndahkan. Dan dijatuhkan ke titik terendah.
Untung saat ini, persahabatan masih menjadi tumpuan dan peganganku untuk tetap menerjang. Apapun kesulitannya. Aku ada karena mereka ada. Aku ada karena dengan topangan, pedoman dan keterikatan persahabatan inilah aku berjanji untuk melalui setiap kehidupan ini bersama-sama.
Terima kasih buat persahabatan yang sudah, sedang dan akan terjalin. Aku berjanji untuk memberikan yang terbaik yang bisa aku berikan. Karena merekalah, aku pulih, merangkak, berdiri, berjalan dan kemudian berlari. Karena merekalah aku melihat, mengerti, mencerna dan menyadari seberapa pentingnya dan berharganya aku diciptakan. Aku tidak mau hidup dalam penyesalan, kegagalan dan kenangan masa lalu, karena hidup tidaklah lama. Hargai dia, hiduplah untuk sekarang, Tidak seperti yang pernah diucapkan Chairil Anwar, “aku ingin hidup seribu tahun lagi”, tetapi aku ingin hidup di masa kini dan akan datang.~ hari ini, besok, lusa, bulan ini, bulan depan, tahun ini, tahun depan dan masa depan.
Regards,
Darwis Taniwan
Manusia Biasa
Tulisan ini didedikasikan untuk mereka yang menggangapku sahabat dan juga mereka yang menggapkanku “musuh”.
Leave a Reply